Diklaim Tidak Menyebabkan Kanker, Ini Kata Peneliti Soal iQOS

Diklaim Tidak Menyebabkan Kanker, Ini Kata Peneliti Soal iQOS

Dengan semakin berkembangnya jaman, banyak sekali produsen yang mengeluarkan produk rokok elektrik yang disambut positif oleh kalangan remaja milenial masa kini. Melihat hal tersebut, salah satu produsen rokok terbesar di dunia Philip Morris turut serta merilis produk unggulan mereka yang diberi nama iQOS.

Philip Morris mengklaim rokok elektrik yang mereka ciptakan tersebut sangat berbeda dengan yang beredar dipasaran karena tidak mengeluarkan tembakau dan zat wewangian seperti yang terdapat pada rokok elektrik pada umumnya. Akan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terkait iQOS keluaran Philip Morris didapati tetap memiliki bahaya yang sama dengan rokok konvensional.

Penelitian tersebut mendapati adanya senyawa kimia berbahaya yang memicu sel kanker didalam tubuh dari alat tersebut yang sama saja seperti yang dikeluarkan oleh rokok pada umumnya. Bahkan ketua penelitian, Dr.Reto Auer mengatakan senyawa yang dikeluarkan oleh alat keluaran Philip Morris tersebut juga melepaskan zat nikotin sebesar 84% dimana jumlah tersebut juga ditemukan pada rokok pada umumnya.

Selain itu, ada satu hal yang membuat para peneliti ini menjadi semakin terkejut dimana iQOS ternyata juga melepaskan beberapa senyawa berbahaya dalam konsentrasi yang sangat tinggi sehingga sangat berbahaya untuk kesehatan konsumen/pengguna,”iQOS melepaskan senyawa kimia yang sama berbahaya dengan yang terdapat pada rokok konvensional dan kami masih harus melakukan penelitian yang lebih lanjut terkait seberapa bahaya senyawa lain yang dilepaskan oleh alat ini.”kata Dr.Reto Auer.

Dr.Reto Auer juga memperingati para pengguna iQOS untuk lebih membatasi penggunaan produk tersebut mengingat belum bisa diketahui seberapa besar efek senyawa yang dihasilkan oleh rokok elektrik tersebut untuk kesehatan dalam jangka panjang,”Meski rata-rata bahan kimia yang dilepaskan oleh iQOS dalam konsentrasi yang rendah, para pengguna harus lebih membatasi penggunaanya karena belum bisa diketahui dengan pasti efek jangka panjangnya terhadap kesehatan para pengguna.”lanjutnya.